Main Pena
Selasa, 16 Juni 2015
Jumat, 06 Desember 2013
Jenis-Jenis Sudut Pengembilan Gambar
·
High Angle
Pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada
posisi yang lebih tinggi dari objek foto.
Rana 1/100 f/stop
f/8 ISO-100
·
Low Angle
Pemotretan dilakukan dari bawah. Sudut pemotretan
yang dimana objek lebih tinggi dari posisi kamera. Sudut pengembilan gambar ini
digunakan untuk memotret arsitektur sebuah bagunan agar terkesan kokoh, megah
dan menjulang. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat pula digunakan untuk
pemotretan model agar terkesan elegan dan anggun.
Rana 1/800 f/stop
f/8 ISO-500
·
Eye Level
Sudut pengembilan gambar yang dimana objek dan
kamera sejajar / sama seperti mata memandang. Biasanya digunakan untuk
menghasilkan kesan menyeluruh dan merata terhadap background sebuah
objek, menonjolkan sisi ekspresif dari sebuah objek (HI), dan biasanya sudut
pemotretan ini juga dimaksudkan untuk memposisikan kamera sejajar dengan mata
objek yang lebih rendah dari pada kita missal, anak – anak.
Rana 1/250 f/stop
f/11 ISO-200
·
Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga bahu.
Rana 1/60 f/stop
6.3 ISO-200
·
Wide Shot
Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya
merupakan satu jepretan panjang diawal sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan
penonton pada adegan berikutnya pada gambar hidup (movie).
Rana 1/160 f/stop
f/5.6 ISO-400
·
Frog Eye
Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi
ini kamera berada di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak
dihadapkan ke atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan
dan untuk memotret flora dan fauna.
Rana 1/125 f/stop
f/8 ISO-100
http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/komposisi-dasar-dan-sudut-pengambilan-gambar-camera-angle/
Rules of Thirds
Rules
of Thirds
Pada rules of thirds, bidang foto dibagi menjadi tiga bagian sama besar baik
secara vertikal maupun horisontal sehingga anda memiliki 9 area yang sama
besar. Dengan demikian, kita sekarang memiliki pertemuan empat titik.Keempat titik pertemuan yang diwarnai merah diatas bisa kita sebut sebagai empat titik mata. Nah teori komposisi rules of thirds mengatakan bahwa kalau kita menempatkan “point of interest” alias bagian paling menarik dari sebuah foto di salah satu titik tersebut, maka secara keseluruhan foto akan menjadi lebih balance dan enak dilihat.
Tidak semua empat titik harus diisi bersamaan, cukup salah satu. Dan elemen point of interest tersebut bisa jadi berupa obyek foto manusia ataupun benda mati.
Dalam ilmu desain disebutkan bahwa saat melihat sebuah gambar, mata manusia secara natural tertuju pada salah satu titik diatas dibandingkan pada pusat titik tengah foto. Sehingga foto yang disusun dengan komposisi rules of thirds lebih enak dimata karena sejalan dengan cara mata kita melihatnya.
Rana 1/4000 f/stop
f/4.5 ISO-800
Pengertian Foto Human Interest dan Cara Membuatnya
Foto Human Interest
Human Interest dalam karya fotografi sendiri kalau dijabarkan adalah menggambarkan kehidupan pribadi manusia atau interaksi manusia serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, konsentrasi atau mencapai sebuah kesuksesan hidup, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para orang yang menyimak gambar tersebut.
Fotografi Human Interest di Indonesia lebih populer
dalam menggambarkan sisi-sisi kehidupan masyarakat kalangan bawah. Kehidupan
masyarakat kalangan bawah atau bisa dikatakan sebagai kaum tidak mampu
mempunyai banyak masalah-masalah kehidupan mereka yang sangat komplek, sehingga
cerita tersebut dapat diungkapkan dalam media fotografi. Perlu kita ingat bahwa
sebagian besar masayarakat di Indonesia sekarang ini masih hidup di bawah garis
kemiskinan, sehingga cerita ini menarik perhatian dan banyak diangkat ceritanya
dalam berbagai media, salah satunya fotografi Human-Interest.
Perlu kita cermati beberapa point penting yang kita
harus ingat dalam membuat sebuah karya foto Human Interest adalah:
Perhatikan suasana dan karakter pada lokasi yang ingin kita bidik, unsur-unsur apa saja yang kiranya menarik untuk kita bidik, hal ini untuk membangun sebuah dasar konsep hasil karya fotografi kita. Cobalah untuk memulai untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, agar kita lebih leluasa ketika membidik lewat kamera kita.
Seorang fotografer harus cepat dan tepat dalam menyadari kemudian mengambil moment yang tepat untuk di bidik, karena keadaan dari moment tersebut sangat cepat sekali berlalu. Detik demi detik selalu terjadi perubahan suasana yang tidak sama danmoment tersebut tidak dapat kembali pada saat yang sama. Pendek kata kita harus konsentrasi pada lokasi.
Perhatikan suasana dan karakter pada lokasi yang ingin kita bidik, unsur-unsur apa saja yang kiranya menarik untuk kita bidik, hal ini untuk membangun sebuah dasar konsep hasil karya fotografi kita. Cobalah untuk memulai untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, agar kita lebih leluasa ketika membidik lewat kamera kita.
Seorang fotografer harus cepat dan tepat dalam menyadari kemudian mengambil moment yang tepat untuk di bidik, karena keadaan dari moment tersebut sangat cepat sekali berlalu. Detik demi detik selalu terjadi perubahan suasana yang tidak sama danmoment tersebut tidak dapat kembali pada saat yang sama. Pendek kata kita harus konsentrasi pada lokasi.
Rana 1/500 f/stop
f/5.6 ISO-400
Pengertian Depth of Field
DoF (Depth of Field)
DoF (Depth of Field) adalah efek lebar sempitnya bidang fokus yang dipunyai aperture. Semakin besar aperture maka efeknya adalah semakin sempit bidang fokus (ruang tajam sempit). Begitu juga sebaliknya, semakin kecil aperture maka semakin lebar bidang fokusnya (ruang tajam luas).
Shallow DoF: ruang tajam sempit
Rana 1/80 f/stop
f/5.6 ISO-250
Wide DoF: ruang tajam luas
Rana 1/8 f/stop f/20 ISO-1600
Pengertian Eksposure serta Unsur-Unsur Yang Mempengaruhinya
Pengertian Exposure
Exposure / eksposur adalah jumlah paparan cahaya yang terima oleh sensor dalam kamera kita dalam suatu pemotretan. Jika paparan cahaya yang diterima terlalu banyak atau lama maka hasil foto menjadi terlalu terang / over exposure. Begitu sebaliknya, jika paparan cahaya yang diterima sensor terlalu sedikit atau cepat maka hasil foto menjadi terlalu gelap / under exposure. Hampir semua kamera digital saat ini sudah dilengkapi dengan pengukur cahaya yang akan mengatur paparan cahaya / eksposur / exposure secara otomatis untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kebanyakan dari kita sering mengandalkan eksposur otomatis yang sudah terdapat pada kamera kita. Padahal, jika kita tahu bagaimana mengontrol eksposur tersebut, justru kita bisa mendapatkan foto-foto yang lebih kreatif dan kadang-kadang malah lebih baik.
Unsur-Unsur Yang Memepengaruhi Exposure:
1. Kecepatan
bukaan rana / shutter speed yang berfungsi sebagai penentu lamanya
waktu sensor terkena cahaya.
High
Speed: bukaan rana cepat
Rana 1/500 f/stop
f/5 ISO-640
Low Speed: bukaan rana lambat
Rana 1/50 f/stop f/9 ISO-100
2.
Besarnya bukaan rana / aperture yang
menentukan besar kecilnya lubang rana tersebut terbuka. Kombinasi kedua kontrol
tersebut yang menentukan hasil eksposur. Kecepatan bukaan rana diukur dalam
detik, hanya saja notasinya dituliskan seperberapa detik. Misalnya 1/2000 detik
(sangat cepat) atau 8 detik (sangat lambat). Sedangkan besar bukaan rana diukur
dalam f/number.
Misalnya f/1.8 (aperture besar) atau f/22 (aperture sangat kecil).
3.
ISO (International Standard
Organization). Semakin rendah angka ISO maka semakin lama sensor
menangkap cahaya yang masuk, sebaliknya, semakin tinggi angka ISO maka semakin
cepat sensor menangkap cahaya yang masuk. Rentang kecepatan ISO yang umum
adalah 100 hingga 800. Bahkan sekarang ada yang sampai 6400. Hanya saja perlu
diketahui bahwa semakin tinggi kecepatan ISO, efek noise
(bintik-bintik kecil yang membuat warna foto tidak solid) semakin banyak dan
jelas.
Langganan:
Postingan (Atom)